13 Februari 2011

me and my recurrent stupidity

Satu kebodohan saya yang selalu berulang diantara kebodohan berulang saya yang lainnya adalah lupa mengisi bensin dan harus kehabisan bensin sebelum sampai di tujuan atau setidaknya di SPBU selanjutnya, dan kebodohan kali ini hampir membahayakan istri dan bayi kecilku.

jadi ceritanya, sore ini tiba-tiba saya dan istri ingin makan sea food, dan sehabis maghrib tereksekusikanlah keinginan itu, dengan menggunakan motor butut ini, kami berencana makan di restoran D'Cost, karena selain enak harganya juga murah, dan pertimbangan utama adalah jaraknya sangat dekat, hanya 100 kali lemparan iPod juga nyampe, namun ternyata belum sampai setengah lemparan saya merasakan keanehan pada ban depan, ternyata kurang angin, untung didepan ada bengkel kecil yang menyediakan angin, tunggu kenapa angin yang mana seharusnya merupakan benda bebas harus kita beli?, mungkin lebih tepatnya, menyediakan jasa memasukkan angin ke dalam ban, dan di bengkel itu juga menyediakan bensin eceran, lepas dari itu murni atau tidak, bukan itu yang kita bicarakan. setelah membayar jasa pengisian angin-nya saja, kami langsung melanjutkan perjalanan yang tinggal 99,5 lemparan iPod.

Begitu perjalanan sampai di lemparan yang ke 40, tiba tiba motor melambat dengan sendirinya, kok sepertinya ini sering sekali saya alami, dan saya langsung tahu bahwa ini disebabkan karena kehabisan bahan bakar, mesin motor kemudian mati di pinggir jalanan Bintaro didepan komplek dekat gapura perbatasan sektor yang gelap dan banyak pohon, pejalan kaki sangat jarang, ntah kenapa sepi sekali, dan padahal SPBU terdekat masih 20 lemparan lagi, bingung juga nih kalo bawa istri dan bayi 9 bulan, alternatif pertama saya pikirkan adalah menyuruh istri naik angkot ke d'Cost dan bertemu disana karena tidak mungkin ikut saya berjalan kaki menuntun motor untuk sampai di SPBU, alternatif kedua menyuruh istri naik angkot untuk pulang, sepertinya ini lebih aman, dan belum sempat memilih alternatif tiba tiba entah dari mana datangnya ada seorang pria dengan penampilan seram dan jaket kulit mengendarai motor mendatangi kami, waduh, pikiran kuatir sudah menggelayut di otak saya, mana udah lama banget nih ga pernah latian beladiri, eh tunggu, saya tidak pernah latian beladiri, semakin kalut, tapi saya tetap santai.

"kenapa bang?" tanya pria berpenampilan seram itu dengan tegas

"ini bang motor abis bensin" jawab saya tidak kalah tegas

"oo, di depan ada shell" (ini sih saya juga tau) "kalo mau di sono ada yang jual eceran" kata dia sambil menunjuk ke arah dalem komplek

"jauh ga bang?" saya berpikir untuk menuntun motor ke tempat jual bensin eceran

"jauh bang, tapi masih jauhan ke shell" jawabnya

umm...kalau saya menuntun motor kasian istri, kalau saya menuntun motor sendiri istri saya ditinggal disini kuatir juga, kalau saya ikut abang ini beli bensin trus balik, kuatir sama istri dan motor saya dan bayi saya, aduh gimana ya..

trus si abang itu bilang,"sini saya beliin aja bang pake plastik, seliter 5.500, abang tungguin aja disini" katanya....

ya sudah, saya beri dia uang dan kami menunggu di pinggir jalan, lama, 5 menit dia tidak tampak, 10 menit dia tidak tampak juga, mulai semakin kuatir, saya bahkan sempat berpikir, hidup ini keras, tidak boleh mudah percaya pada orang asing.

setelah penantian agak lama, betapa bahagianya kami ketika melihat abang itu membawa sekantong plastik bensin entah murni atau tidak, bukan itu yang kita bicarakan, yang penting mesin motor bisa berjalan lagi sebagaimana mestinya.

dan setelah melewati pengalaman mendebarkan itu, kami bisa menyelesaikan 100 lemparan dengan baik dan bisa menikmati Gurame Fillet saus mangga pedas dan teman temannya.

pelajaran yang dapat diambil adalah:

1. jangan mengacuhkan isi tangki bensin sebelum perjalanan.

2. terkadang kita harus selalu waspada pada orang asing, namun dengan perhitungan risiko secara kasar, kita boleh juga memilih untuk percaya pada orang asing



walk to my blog

catatankebaikan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar