24 April 2011

24 april 2010

tanggal 24 april 2010 sekitar pukul 00.00 istri saya merasa sakit perut, kami dengan diantar kakak saya menuju rumah sakit astana anyar di kota bandung, yang lokasinya benar-benar di tengah pasar. sampai di rumah sakit istri saya langsung dibawa ke ruang unit gawat darurat, saya panik namun mencoba tetap tenang, kepanikan saya semakin bertambah karena tiba tiba suster meminta tes darah istri saya yang tidak bisa dilakukan dirumah sakit itu, akhirnya dengan bantuan kakak saya sampel darah istri saya dibawa ke rumah sakit lain, dan sedikit tenang ternyata hasil tes darah itu tidak menunjukkan sesuatu yang buruk.

setelah mendapat penanganan di ruang unit gawat darurat, istri saya dipindahkan ke ruang lain, dan hanya boleh ditemani oleh satu orang, yaitu saya, saya tidak tidur karena harus selalu berada di samping istri yang terus terusan meronta dan menarik narik baju saya, yang bisa saya lakukan adalah "menghipnotis" dia agar selalu merasa tenang dan mengatur pernafasannya agar energinya tidak habis.
dari jam 12 malam sampai jam 12 siang saya selalu berada di samping istri saya, mungkin sesekali saya tinggal, dan jam 12 siang itulah tanggal 24 april 2010, begitu adzan dzhuhur dikumandangkan, anak saya lahir dari perut istri saya, saya berada disamping istri saya dan melihat langsung proses persalinannya, begitu mendengar tangis mungilnya, saya merasa terharu hingga menitikan air mata, terharu atas kehebatan isti saya yang dengan kegigihannya menahan rasa sakit dan mempertaruhkan hidupnya demi anak kami.

setelah bayi saya dimandikan oleh perawat, saya memandangnya penuh takjub, seperti sebuah keajaiban, seperti mendapat anugerah sepaket manusia untuk dididik, dibina, dibesarkan dengan baik, lengkap dengan semua organnya, begitu saya melihat mulut mungilnya, dengan air liur didalamnya, saya merasa hal ini begitu menakjubkan, matanya sayu memandang saya, ayahnya, ia nampak sangat rapuh dan ingin dilindungi.
untuk pertama kalinya saya melihat bayi yang baru dilahirkan, dan itu adalah putriku, anakku, buah hatiku, buah cinta kami, saat itu saya merasa menjadi orang paling bahagia didunia, dengan gelar baru saya sebagai ayah, dengan tanggung jawab baru, dan mulai saat itu manajemen sumber daya rumah tangga harus dikelola dengan lebih baik lagi.

tanpa terasa satu tahun terlewati sudah, anak itu kini tumbuh dan menjalani tahun pertamanya dengan baik, berat badannya selalu meningkat, dan selalu keluar kata kata dengan bahasa bayi yang lucu sekali, sudah mengerti beberapa perintah, sudah bisa mengunyah, dan banyak tingkah lucu lainnya.

kami kini bertiga, setahun ini menjalani petualangan yang begitu menakjubkan dan siap menjalani tahun tahun berikutnya yang semoga menjadi lebih baik lagi.

oh iya, dalam keluargaku tidak ada tradisi membuat perayaan untuk hari-hari ulang tahun, jadi biarlah angka hari kelahiran ini cukup kami ingat saja, sebagai bagian dari proses hidup yang memerlukan dokumentasi dan perhitungan untuk berbagai keperluan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar